Our website use cookies to improve and personalize your experience and to display advertisements(if any). Our website may also include cookies from third parties like Google Adsense, Google Analytics, Youtube. By using the website, you consent to the use of cookies. We have updated our Privacy Policy. Please click on the button to check our Privacy Policy.

Mengasuh Anak Kucing Lain

Saya punya dua kucing. Yang belang tiga namanya Manis, yang abu-abu namanya Wushu. Dua-duanya betina. Suatu hari kedua kucing saya hamil bareng. Wushu melahirkan duluan. Anaknya dua ekor, mestinya tiga, tapi kayaknya dimakan sama induk jantannya deh. Soalnya tiba-tiba lenyap dari kardus tempat Wushu melahirkan.

Manis juga melahirkan. Tapi anaknya cuma satu. Saya gak tau dimana dia melahirkan tapi Manis merepotkan saya dengan melahirkan di plafon rumah dan tidak mau di kardus yang saya sediakan. Sampai akhirnya saya mendengar suara meongan kucing kecil, saya baru tahu kalau anak si Manis ada di plafon rumah. Waktu saya naik ke atas, saya cuma menemukan satu anak kucing kecil kurus yang warnanya kuning, lalu saya bawa turun.

Manis ini ternyata tidak terlalu suka mengurus anaknya. Sebab dia jarang sekali berada di dekat anaknya dan selalu keluyuran berbeda dengan Wushu dan kedua anaknya yang berbulu abu-abu dan hitam putih. Wushu lebih sering bersama-sama anak-anaknya dan sering menyusui. Saya kasihan dengan anak si Manis yang masih sangat kecil tapi jarang sekali diperhatikan induknya.

Karena kasihan dengar si Kuning (langsung saya beri nama) ini mengeong-ngeong lirih kelaparan, saya mengangkat si Kuning anak si Manis ini mendekat ke Wushu. Pikir saya mudah-mudahan Wushu mau menyusuinya. Tapi saya juga agak khawatir Wushu akan menolak atau malah mencakarnya.

Baca:  In Memoriam : Ginger

Kuning mungkin mencium bau susu yah, karena dengan keterbatasan gerakannya Kuning mencoba mendekati puting susu Wushu. Saya masih mengamati reaksi Wushu. Ternyata Wushu tidak menolaknya bahkan Wushu merobah posisi duduknya menjadi tiduran supaya Kuning juga leluasa menyusui bersama kedua anaknya.

Wah, saya terharu sekali lho! Ternyata induk kucing pun punya rasa keibuan yang besar. Akhirnya Kuning memang terus diasuh Wushu. Dan waktu si Manis datang dia acuh tak acuh saja sama si Kuning. Jengkel juga saya, pengen rasanya jentik kupingnya. Akhirnya jatah makan si Manis saya kurangi dan saya berikan ke Wushu sebab Wushu kan harus menyusui. Kalau Manis juga kayaknya pinter cari makan sendiri dengan kelayapan kemana-mana.

Nariman
nrchee@xxx.com

Artikel ini sudah dibaca: 12334 kali.

By Marissa

Sharing Time!

Related Posts

  • Dagu: Tidur Mesti Pakai Bantal

  • Kimberly Si Unyu Bermata Satu

  • Miki si Kucing Yang Hobinya Kabur

  • Choco yang sering berganti Nama

Discover more from KittyKrafty.com

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading