Begini ceritanya…
Ketika kami sampai di rumah, Rabu malam yang lalu, terdengar suara anak kucing nangis.
Saya kira si Kuci yang nangis, karena terjebak entah di mana di dalam rumah. Mengingat ternyata anak itu lincahnya seperti bola. Menggelinding terus.
Tapi, saat saya keluar mobil, saya baru sadar ternyata suara itu berasal dari seberang rumah. Dan saya melihat bapak penghuni rumah di seberang itu sedang mengayunkan sapu, seperti mengusir sesuatu.
Langsung dong, saya lari ke arah itu. Kelihatan ada bocah berbulu kaki empat, yang besarnya sama seperti Kuci dan Alfa, berlari menjauh, menuju semak di rumah sebelah. Yang ternyata penghuninya juga seorang laki-laki yang tak kalah sadis dengan tetangganya. Kali ini bukan sekedar mengayunkan sapu, tapi melemparkan pengki ke arah bocah itu bersembunyi.
Saya gak peduli dia tetangga yang baru, dan lebih tua. Yang jelas yang dilakukannya berhasil membuat saya teriak.
“Jangan jahat! Saya mau ambil anak kucing itu! Tega banget!”
Si bocah yang sudah sangat ketakutan tidak mau didekati. Dia berlari ke arah gerbang keluar.
Untungnya petugas keamanan kompleks rumah saya cukup baik dan mau bekerja sama. Mereka membantu saya memojokkan dan akhirnya memasukkan si bocah ke dalam keranjang.
Jadilah bocah ini menjadi salah satu anggota rumah kami. Galak sekali. Tapi tadi pagi sudah mau duduk tenang, mengamati.
Dan ternyata dia sadar kamera …
Oiya, belum ada namanya lho.
Artikel ini sudah dibaca: 6577 kali.